Senin, 24 April 2017

Peranan Wali Songo Terhadap Islam Di Indonesia

       taukahKamu? bahwa wali songo adalah penyebar agama islam di tanah jawa, mereka terdiri dari 9 sunan antara lain sebagai berikut,

1. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati Salah seorang Wali Songo yang sangat berperan dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat, khususnya Cirebon adalah Sunan Gunung Jati. Ia juga merupakan pendiri Dinasti Kesultanan Banten yang dimulai dari putranya Sultan Maulana Hasanuddin. Atas prakarsa Sunan Gunung Jati, dilakukanlah penyerangan ke Sunda Kelapa tahun 1527. di bawah pimpinan Fatahillah, panglima perang Kesultanan Demak yang juga menantu Sunan Gunung Jati
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan di Ampel Denta (dekat Surabaya). Karena itu ia dikenal sebagai pembina pondok pesantren pertama di JawaTimur. Sunan Giri, Raden Fatah, dan Sunan Drajat adalah murid-muridnya.
3. Sunan Gresik
Sunan Gresik. Selain dikenal gengan nama Maulana Malik ibrahim, Sunan Gresik juga dikenal dengan nama Maulana Magribi (Syekh Magribi) karena ia diduga berasal dari wilayah Magribi (Aprika Utara). Namun hingga kini tidak diketahui secara pasti sejarah tentang tempat dan tahun kelahirannya. Ia diperkirakan lahir sekitar pertengahan abad ke-14. Ia berasal dari keluarga muslim yang taat dan belajar agama Islam sejak kecil, namun tidak diketahui siapa gurunya, hingga ia menjadi seorang ulama.
4. Sunan Bonang
Sunan Bonang menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat jawa yang menggemari wayang dan musik gamelan. Untuk itu ia menciptakan gending-gending yang memiliki nilai keislaman. Setiap bait lagu diselingi dengan dua kalimat syahadat, sehingga musik gamelan yang mengiringinya kini dikenal dengan istilah sekaten.
5. Sunan Drajat
Sunan Drajat Sunan Drajat dikenal sebagai seorang wali yang berjiwa sosial tinggi. Ia banyak memberikan pertolongan kepada yatim piatu, fakir miskin, orang sakit dan orang sengsara. Perhatiannya yang besar terhadap masalah sosial sangat tepat pada masa itu, karena ia hidup pada saa Kerajaan Majapahit runtuh dan rakyat mengalami suasana kritis serta prihatin.
6. Sunan Muria
Sunan Muria Sunan Muria adalah salah seorang Wali Songo yang sangat berjasa bagi penyebaran Islam di daerah pedesaan. Putra Sunan Kalijaga ini dikenal suka menyendiri dan tinggal di desa bersama rakyat biasa. Dalam menyiarkan Islam, Sunan Muria selalu nenjadikan desa-desa terpencil sebagai tempat operasinya.
7. Sunan Kudus
Sunan Kudus Sunan Kudus atau Jafar Sadiq digelari wali al-ilmi (orang berilmu luas) oleh para Wali Songo karena memiliki keahlian khusus dalam bidang agama. Karena keahliannya itu, ia Banyak di datangi oleh para penuntut ilmu dari beberapa wilayah. Ia juga dipercaya untuk mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus. Karenanya, ia menjadi pemimpin agama sekaligus pemimpin pemerintahan di wilayah itu.
8. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai budayawan dan seniman (seni suara, ukir dan busana). Ia menciptakan aneka cerita wayang yang bernapaskan Islam. Sunan Kalijaga memperkenalkan bentuk wayang yang dibuat dari kulit kambing (wayang kulit), karena pada masa itu wayang popular dilukis pada semacam kertas lebar (wayang beber). Dalam seni suara, ia adalah pencipta lagu Dangdanggula.

Sejarah Sekaten

     taukahKamu? sekaten merupakan upacara perayaan islam bagi masyarakat jawa, dizaman sekarang yang masih melakukan upacara sekaten cuma di kota solo dan jogjakarta saja.

ASAL USUL SEKATEN

Kata Sekaten diambil dari pengucapan kalimat “Syahadat”. Istilah Syahadat, yang diucapkan sebagai Syahadatain ini kemudian berangsur- angsur berubah dalam pengucapannya, sehingga menjadi Syakatain dan pada akhirnya menjadi istilah “Sekaten” hingga sekarang.

Pada masa-masa permulaan perkembangan agama Islam di Jawa, salah seorang dari Wali Songo, yaitu Sunan Kalijogo, mempergunakan instrumen musik Jawa Gamelan, sebagai sarana untuk memikat masyarakat luas agar datang untuk menikmati pergelaran karawitannya. Untuk tujuan itu dipergunakan 2 perangkat gamelan, yang memiliki laras swara yang merdu yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu.

Pada tanggal 5 bulan Maulud, kedua perangkat gamelan, Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur madu, dikeluarkan dari tempat penyimpanannya dibangsal Sri Manganti, ke Bangsal Ponconiti yang terletak di Kemandungan Utara (Keben) dan pada sore harinya mulai dibunyikan di tempat ini. Antara pukul 23.00 hingga pukul 24.00 ke dua perangkat gamelan tersebut dipindahkan kehalaman Masjid Agung Jogjakarta, dalam suatu iring-iringan abdi dalem jajar, disertai pengawal prajurit Keraton berseragam lengkap.



ACARA PUNCAK

Puncak acara dari perayaan Sekaten adalah “grebeg maulid”, yaitu keluarnya sepasang gunungan dari Mesjid Agung seusai didoakan oleh ulama Kraton. Masyarakat percaya bahwa siapapun yang mendapatkan gunungan tersebut, biarpun sedikit akan dikaruniai kebahagiaan dan kemakmuran. Kemudian tumpeng tersebut diperebutkan oleh ribuan warga masyarakat. Mereka meyakini bahwa dengan mendapat bagian dari tumpeng akan mendatangkan berkah bagi mereka.

Pada umumnya , masyarakat Jogjakarta dan sekitarnya berkeyakinan bahwa dengan turut berpartisipasi merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini yang bersangkutan akan mendapat imbalan pahala dari Yang Maha Kuasa, dan dianugerahi awet muda. Sebagai ” Srono ” (syarat) , mereka harus mengunyah sirih di halaman Masjid Agung, terutama pada hari pertama dimulainya perayaan sekaten.

Oleh karenanya, selama diselenggarakan perayaan sekaten itu, banyak orang berjualan sirih dengan ramuannya, nasi gurih bersama lauk-pauknya di halaman Kemandungan,di Alun-alun Utara maupun di depan Masjid Agung Jogjakarta. Bagi para petani, dalam kesempatan ini memohon pula agar panenannya yang akan datang berhasil. Untuk memperkuat tekadnya ini, mereka memberi cambuk (pecut) yang dibawanya pulang.

TRADISIONAL


Sedangkan keramaian penunjang berisi kesenian rakyat tradisional yang menyertai upacara tradisional seperti penjaja makanan tradisional, mainan tradisional serta kesenian rakyat tradisional. Kemudian untuk keramaian pendukung berupa pameran pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah maupun instansi sektoral dan vertikal, promosi pemasaran barang produksi dalam negeri dan meningkatkan barang ekspor nonmigas serta keramaian lainnya seperti permainan anak-anak, rumah makan dan cinderamata.

Selama lebih kurang satu bulan sebelum upacara Sekaten dimulai, Pemerintah Daerah Kotamadya, memeriahkan perayaan ini dengan pasar malam, yang diselenggarakan di Alun-alun Utara Jogjakarta. Melalui Sekaten sebagai peristiwa budaya yang juga sebagai peristiwa religius dan merupakan ikon sekaligus identitas Jogjakarta. Dan hal itu sudah sepantasnya kita pertahankan dan kita kembangkan nilai-nilai hakikinya sebagai warisan keaneka ragaman budaya bangsa.

Sejarah Dakwah Wayang Di Indonesia

       taukahKamu? Wayang merupakan media untuk melakukan dakwah islam pada masa wali 9, sebnarnya wayang sudah ada terlebih dulu sebelum islam datang ke indonesia mungkin lebih dari 300 tahun yang lalu. Wayang merupakan warisan leluhur, yang mampu bertahan dan berkembang berabad-abad. Dengan mengalami perubahan dan perkembangan sampai mencapai bentuknya yang sekarang ini. Wayang juga dikenal dan didukung oleh sebagian besar masyarakat jawa, yang memiliki corak yang bentuk yang khusus dan bermutu tinggi. Wayang digunakan karena itu adalah kesenian tradisional yang paling digemari oleh masyarakat pedesaan. Selain itu juga mempunyai peranan sebagai alat pendidikan serta komunikasi langsung dengan masyarakat yang dipandang dapat dimanfaatkan untuk penyiaran agama Islam.

Wayang sebagai media dakwah oleh sunan kalijaga dinilai jitu untuk penyebaran agama islam, pada masa itu sebelum sunan kalijaga menggelar pertunjukan wayang nya semua penonton yang hadir menonton diharuskan mengucapkan kalimat syahadat, sehingga yang menonton bisa masuk islam.  Peyawangan mempunyai peran yang cukup besar dalam pengislaman di jawa, sebetulnya wayang sendiri merupakan peninggalan agama Hindu, namun para wali dapat berfikir rasional, mereka sadar bahwa pertunjukan wayang telah berakar kuat di masyarakat dan tidak mungkin untuk dihilangkan begitu saja. Maka para wali, termasuk Sunan Kalijaga, pun mencapai kesimpulan untuk merubah, membesut, dan menyempurnakan wayang, lalu diisi dengan nilai budi luhur yang bernafas keislaman.
Sebagai pewayangan dan walisongo, sunan Kalijaga dinilai berhasil dalam berdakwah melalui media wayang. Unsur baru berupa ajaran Islam dimasukkan dalam unsur pewayangan. Hal ini dilakukan agar masyarakat yang menonton dapat menerima ajaran islam dengan sukarela dan mudah.


Salah satu cara jitu untuk mengambil hati masyarakat adalah dengan mempersonifikasikan atau memanusiakan tokoh-tokoh “Pandawa Lima” dalam cerita Mahabharata dari India. Tokoh seperti Puntadewa dilambangkan sebagai syahadat, Bima atau Bayuputra sebagai Shalat, Arjuna atau Janoko sebagai puasa, Nakula-Sadewa sebagai zakat dan Haji. Berikut ini adalah penjelasanannya:


Yudhistira (Puntadewa)
Tokoh pertama dari Pandawa ini dilambangkan sebagai kalimat Syahadah, atau Syahadatain. Yudhistira atau Puntadewa atau Samiaji adalah Saudara (anak sulung) dari Pandawa, karena kalimat Syahadat merupakan rukun Islam yang pertama. Dalam cerita wayang, dia mempunyai sifat berbudi luhur dan penuh kewibawaan karena sebagai raja sudah seharusnya seperti itu. Dalam hal ini, Syahadat juga seperti raja karena ini yang pertama kali dilakukan dalam menjalani ajaran Islam. Dalam pewayangan, Puntadewa memimpin empat orang saudaranya dalam keadaan yang bermacam-macam. Demikian pula kalimat Syahadat sebagai rajanya rukun-rukun Islam lainnya, karena biarpun seseorang menjalankan Rukun Islam yang kedua, ketiga, keempat dan kelima, namun apabila tidak menjalankan Rukun Islam yang pertama maka semua amalnya akan sia-sia belaka.Bahkan, oleh agama Islam akan dipandang sebagai perbuatan munafik. Selain itu, selama memiliki jimat “kalima sada” (Kalimah Syahadat atau Syahadatain : Lailahaillallah Muhammadarrasulullah), yaitu sebuah kalimat utama dalam agama islam, Puntadewa tidak pernah mati. Kalimah Syahadat berisi pengakuan tentang adanya Tuhan yang Maha Tunggal, serta Nabi Muhammad sabagai utusan-Nya.

Bima (Werkudara)
Tokoh kedua dari Pandawa ini dilambangkan sebagai shalat lima waktu. Shalat lima waktu adalah rukun Islam yang kedua, ini sesuai karena bima adalah pandawa nomor dua. Dalam kisah pewayangan, tokoh tersebut dikenal juga dengan penegak pandawa. Ia hanya dapat berdiri saja, karena memang tidak dapat duduk, tidur dan memejamkan mata pun, konon sambil berdiri pula. Begitu juga dengan, Shalat lima waktu yang harus ditegakkan. Baginya terpikul tugas penegak agama Islam dan Shalat adalah tiang dari agama. Bima adalah ksatria pandawa yang paling berani dan gagah perkasa dengan aji kesaktiannya yang terdapat di lengannya yaitu, Aji Pancanaka yang berarti Lima kekuatan yang selalu dipegangnya dengan kuat. Ini merupakan symbol atau lambang bahwa apabila Sholat lima waktu dilaksanakan dengan baik penuh keyakinan dan ketekunan yang mendalam akan memiliki kekuatan yang besar yang mampu mengalahkan segala tantangan baik secara badaniah maupun rohaniah. Selain itu, Bima digambarakan selalu siap dengan senjata pamungkasnya yaitu Kuku Pancakenaka yang diartikan sholat lima waktu haruslah ditegakkan dalam keadaan apapun. Oleh karena itu, julukan Ksatria Penegak ini merefleksikan ibadah Sholat sebagai Tiang Agama atau Penegak Agama.

Arjuna
Tokoh tokoh ketiga dari Pandawa Lima ini dilambangkan sebagai puasa, yang menjadi rukun Islam yang empat. Ia disebut dengan “lelananging jagad” yang berarti lelaki pilihan. Nama Arjuna diambil dari kata “jun” yang berarti jambangan. Benda ini merupakan simbol jiwa yang jernih, memang tepat dikatakan demikian sebab Arjuna memiliki ciri-ciri tersebut.Banyak wanita yang tergila-gila kepadanya karena ketampanannya, sehingga dia digandrungi banyak wanita. Hampir sama dengan orang berpuasa, godaan hawa nafsu banyak sekali. Bilamana tidak kuat menahannya, pasti akan tembus dinding pertahanannya. Selain itu dalam setiap peperangan yang dialami, Arjuna boleh dikatakan selalu unggul tak terkalahkan. Ini merupakan perlambangan bahwa orang yang berpuasa adalah orang yang kuat dan tidak goyah imannya. Dalam cerita kepahlawanan Pandawa, Wrekudara dan Arjuna paling menonjol perananya, satu terhadap lainnya sangat memerlukan hingga menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan. Maka demikian pun salat lima waktu dan puasa merupakan dua Rukun Islam yang tak terpisahkan.

Nakula dan Sadewa
Tokoh keempat dan kelima yang merupakan anak kembar ini dilambangkan sebagai zakat dan haji yang menjadi Rukun Islam yang ketiga dan kelima. Dalam pewayangan, kedua tokoh ini tampil pada saat tertentu saja, demikian juga dengan zakat dan haji tidak setiap hari dikerjakan, hanya dalam waktu-waktu tertentu, misalnya setiap satu tahun sekali dalam bulan Ramadhan untuk zakat dan dalam bulan-bulan Dzulhijjah, sekali dalam setahun untuk melaksanakan ibadah Haji di Mekah. Memanglah demikian, zakat dan haji lahir pada bulan-bulan tertentu (Ramadhan dan Dzulhijjah), tidak demikian halnya dengan tiga rukun Islam yang lebih dulu, yang lahir setiap saat setiap hari. Di samping itu penampilan mereka mewah, rapih dan berpakaian bagus dan bersifat dermawan. Ini menggambarkan seperti orang kaya atau mempunyai uang yang wajib mengeluarkan zakat dan pergi haji.

 Cukup sekian artikel tentang perwayangan islam, kalau ada salah kalimat mohon dimaklumi :)

Kamis, 20 April 2017

Rumah Adat Jawa Tengah

       taukahKamu? kalau jawa tengah punya beberapa macam rumah adat, Rumah Adat merupakan rumah yang dibangun dengan cara yang sama dari generasi kegenerasi dan tanpa atau dikit sekali mengalami perubahan, rumah adat biasanya memiiliki arti di setiap bentuk bangunannya.
Berikut adalah artikel tentang berbagai macam rumah adat yang ada di jawa tengah.

1.  Rumah Adat Joglo


   Rumah Adat Jawa Tengah lain nya rumah joglo ini paling banyak di temukan di daerah Jawa Tengah, bahakan sampai saat ini pun rumah adat joglo ini masih dapat kita temukan, biasanya terdapat di pedesaan masih banyak beredar rumah joglo ini .Ciri Khasa dari Rumah Adat Jawa Tengah yang satu ini adalah rumah ini memiliki teras yang luas tanpa sekat, tujuan dari teras yang luas ini memiliki fungsi sebagai tempat penyelenggaraan acara keluarga dan hiburan dari si pemilik rumah, misalnya untuk mengadakan Pernikahan, Hajatan, Pagelaran Wayang dan Acara-acara Adat lainnya.
Di bagian depan, bentuk nya yang berupa persegi panjang dan memiliki pintu yang terletak tepat di bagian tengah, konon kata nya rumah joglo ini digunakan oleh orang yang kaya, sehingga dengan membangun rumah Adat Joglo ini akan melambangkan tingkat Kesejahteraan sebuah keluarga sehingga dahulu rumah ini hanya di miliki oleh orang yang kaya raya, Rumah Adat Jawa Tengah ini memiliki empat tiang utama yang terletak di bagian tengah nya, empat tiang tersebut di sebut sebagai Saka Guru.

2. Rumah Adat Panggang Pe



Rumah adat Panggang PE, rumah yang satu ini masih sangat asing di telinga kita, panggang pe ini merupakan Rumah Adat Jawa Tengah yang memiliki empat atau enam tiang, dengan separuh tiang yang berada di depan sengaja dibuat lebih pendek dari tiang di bagian belakang, menurut cerita pada zaman dahulu Rumah PE ini banyak di pergunakan orang sebagai tempat tinggal sekaligus tempat untuk berjualan , dan Rumah Penggang PE ini terdiri dari beberapa macam diantaranya adalah Panggang Pe Gedhang Salirang, Empyak Setangkep, Gedhang Setangkep, Cere Gancet, Trajumas, dean barengan. 
Tipe Rumah Panggang Pe tersebut memiliki kesamaan yaitu ketiganya terdiri dari dua rumah Panggang PE yang disatukan, Tipe tarajumas adalah Panggang Pe yang mempunyai enam tiang penyangga. sedangkan tipe barengan merupakan dua atau lebih panggang Pe yang berderet-deret.

3. Rumah Adat Tajug




 
Rumah adat tajug ini memiliki fungsi sebagai tempat ibadah dan tampat-tempat suci lainnya, akan tetapi Orang biasa tidak diperbolehkan untuk membangun rumah Adat tipe Tajug ini karena, rumah tipe tajug ini krena Rumah Adat Tajug ini termasuk bangunan yang disucikan dan hanya di perbolehkan dibangun oleh orang-orang tertentu.
Adapun ciri dari rumah jenis tajug ini adalah memiliki atap yang bentuknya runcing bentuknya bujunr sangkar, Rumah Adat tajug ini memiliki kurang lebih sekitar 13 tipe diantaranya adalah Towan Boni, Masjid dan Cungkup, Semar Sinongsong, Lambang sari, Mangkurat, Ceblokan,semartinandu dan masih ada lagi yang lainnya yang belum berhasil kami kumpulkan.
dan salah satu bangunan Tajug yang saat ini masih digunakan adalah Masjid Agung Demak di Kabupaten Demak.

4.Rumah Adat kampung

 Rumah adat Jawa Tengah yang satu ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan Rumah Panggang PE yang disatukan, salah satu ciri dari rumah Adat kampung ini adalah memiliki dua terah yaitu di depan dan dibagian belakang, dan ciri lainnya adalah rumah adat Jawa Tengah yang satu ini memiliki jumlah tiang dengan kelipatan 4 dan dimulai dari jumlah tiang 8 buah, sehingga jumlah tiang yang ada di rumah ini dapat berjumlah 4, 8, 12, 16 dst.
Seperti jenis rumah lainnya Rumah Adat Kampung ini memiliki beberapa jenis dan tipe salah satunya adalah Kampung Pokok, Pacul Gowang, Dara Gepak, Gajah Ngombe, Apitan, dll. Rumah kampung merupakan jenis rumah yang banyak dimiliki oleh kalangan masyarakat menengah kebawah sehingga jenis rumah ini sangat banyak untuk ditemukan.


5. Rumah Adat Limasan



   Rumah adat  limasan yang memiliki bentuk atap berbentuk Limas, sehingga rumah adat yang satu ini dinamakan rumah adat limas, Atap rumah Adat Limasan ini memiliki empat sisi, jenis rumah adat Limasan ini banyak kita jumpai di daerah Jawa, seperti Kampung, karena Rumah Adat limas ini banyak di miliki dan di huni oleh masyarakat biasa. Rumah limas ini terbagi kedalam beberapa tipe diantaranya adalah Limasan Lawakan, Gajah Njerum, Gajah Mungkur, Klabang Nyander, Semar Pindohong, lambang sari dan masih banyak lagi jenis-jenis rumah limasan lainnya.




Pengertian Gamelan Dan Jenis-Jenisnya

       taukahKamu? Apa itu gamelan. Gamelan adalah musik ensembel yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya atau alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Gamelan biasanya mengiringi acara wayang kulit dan tari adat bali.
1. Kendhang


Kendhang berfungsi utama untuk mengatur irama. Kendhang ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu.Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang kalih.
Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi.Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang irama tanggung.  Untuk bermain kendhang, dibutuhkan orang yang sangat mendalami budaya Jawa, dan dimainkan dengan perasaan naluri si pemain, tentu saja dengan aturan-aturan yang ada.

2. Demung Saron Peking     


Alat ini  berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf ) ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator.Instrumen mi ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu.Menurut ukuran dan fungsinya, terdapat tiga jenis saron:- demung (Paling besar),- saron (Sedang) dan,- peking(Paling kecil).

DEMUNG
Alat ini berukuran besar dan beroktaf tengah.Demung memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas.Umumnya, satu perangkat gamelan mempunyai satu atau dua demung.Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.
SARON
Alat ini berukuran sedang dan beroktaf tinggi.Seperti demung, saron barung memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas.Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron memainkan lagu jalin menjalin yang bertempo cepat. Seperangkat gamelan mempunyai dua saron, tetapi ada gamelan yang mempunyai lebih dan dua saron.
PEKING
Berbentuk saron yang paling kecil dan beroktaf paling tinggi.
Saron panerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan.

3. Gong

Gong menandai permulaan dan akhiran gendhing dan memberi rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu gendhing yang panjang.
Gong sangat penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu, sehingga kelompok itu sendiri (yaitu kalimat lagu di antara dua tabuhan gong) dinamakan gongan.
4. Bonang



Bonang dibagi menjadi dua jenis, yaitu bonang barung dan bonang panerus.
Perbedaannya pada besar dan kecilnyasaja, dan juga pada cara memainkan iramanya. Bonang barung berukuran besar, beroktaf tengah sampai tinggi, adalah salah satu dari instrumen-instrumen pemuka dalam ansambel.Khususnya dalam teknik tabuhan pipilan, pola-pola nada yang selalu mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat menuntun lagu instrumen-instrumen lainnya.Pada jenis gendhing bonang, bonang barung memainkan pembuka gendhing dan menuntun alur lagu gendhing.
Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun; ia membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin dengan bonang panerus, dan pada aksen aksen penting bonang boleh membuat sekaran (lagu-lagu hiasan), biasanya di akhiran kalimat lagu.
Bonang panerus adalah bonang  yang kecil, beroktaf tinggi.
Pada teknik tabuhan pipilan, irama bonang panerus memiliki kecepatan dalam bermain dua kali lipat dari pada bonang barung. Walaupun mengantisipasi nada-nada balungan, bonang panerus tidak berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya.
Dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan bonang barung, bonang panerus memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.
5. Slenthem

Menurut konstruksinya, slenthem termasuk keluarga gender; malahan kadang-kadang ia dinamakan gender panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron;
Slenthem beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen saron. Seperti demung dan saron barung, slenthem memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas.

6. Kethuk dan Kenong

Kenong merupakan satu set instrumen jenis mirip gong berposisi horisontal, ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam memberi batasan struktur suatu gendhing, kenong adalah instrumen kedua yang paling penting setelah gong.
Kenong membagi gongan menjadi dua atau empat kalimat kalimat kenong.
Di samping berfungsi menggaris-bawahi struktur gendhing, nada-nada kenong juga berhubungan dengan lagu gendhing; ia bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan; ia boleh juga mendahului nada balungan berikutnya untuk menuntun alun lagu gendhing; atau ia dapat memainkan nada berjarak satu kempyung dengan nada balungan, untuk mendukung rasa pathet.
Pada kenongan bergaya cepat, dalam ayaka yakan, srepegan, dan sampak, tabuhan kenong menuntun alur lagu gendhing-gendhing tersebut.
Kethuk sama dengan kenong, fungsinya juga sama dengan kenong. Kethuk dan kenong selalu bermain jalin-menjalin, perbedaannya pada irama bermainnya saja.

7. Gender

Instrumen terdiri dari bilah-bilah metal ditegangkan dengan tali di atas bumbung-bumbung resonator.Gender ini dimainkan dengan tabuh berbentuk bulat (dilingkari lapisan kain) dengan tangkai pendek.
Sesuai dengan fungsi lagu, wilayah nada, dan ukurannya, ada dua macam gender yaitu
gender barung dan gender panerus.
8.  Gambang

Instrumen dibuat dari bilah – bilah kayu dibingkai pada gerobogan yang juga berfungsi sebagai resonator. Berbilah tujuh-belas sampai dua-puluh bilah, wilayah gambang mencakup dua oktaf atau lebih. Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan tangkai panjang biasanya dari tanduk/sungu.Kebanyakan gambang memainkan gembyangan (oktaf) dalam gaya pola pola lagu dengan ketukan ajeg.
Gambang juga dapat memainkan beberapa macam ornamentasi lagu dan ritme, seperti permainan dua nada dipisahkan oleh dua bilah, atau permainan dua nada dipisahkan oleh enam bilah, dan pola lagu dengan ritme – ritme sinkopasi.

9. Rebab

Instrumen kawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan pada selajur kayu dengan badan berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi. Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih.
Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan.Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing.Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.
10. Siter

Siter merupakan bagian ricikan gamelan yang sumber bunyinya adalah string (kawat) yang teknik menabuhnya dengan cara di petik. Jenis instrumen ini di lihat dari bentuk dan warna bunyinya ada tiga macam, yaitu siter, siter penerus (ukurannya lebih kecil dari pada siter), dan clempung (ukurannya lebih besar dari pada siter). Dalam sajian karawitan klenengan atau konser dan iringan wayang fungsi siter sebagai pangrengga lagu.
11. Suling

Jenis instrumen gamelan lainnya yang juga berfungsi sebagai pangrengga lagu adalah suling. Instrumen ini terbuat dari bambu wuluh atau paralon yang diberi lubang sebagai penentu nada atau laras. Pada salah satu ujungnya yaitu bagian yang di tiup yang melekat di bibir diberi lapisan tutup dinamakan jamangan yang berfungsi untuk mengalirkan udara sehingga menimbulkan getaran udara yang menimbulkan bunyi atau suara Adapun teknik membunyikannya dengan cara di tiup. Di dalam tradisi karawitan, suling ada dua jenis, yaitu bentuk suling yang berlaras Slendro memiliki lubang empat yang hampir sama jaraknya, sedangkan yang berlaras Pelog dengan lubang lima dengan jarak yang berbeda. Ada pula suling dengan lubang berjumlah enam yang bisa digunakan untuk laras Pelog dan Slendro. Untuk suling laras Slendro dalam karawitan Jawatimuran apabila empat lubang di tutup semua dan di tiup dengan tekanan sedang nada yang dihasilkan adalah laras lu (3), sedangkan pada karawitan Jawatengahan lazim dengan laras ro (2).


7 Macam Batik Di Jawa Dan Arti Motifnya

      taukahKamu? pakaian adat jawa? jawabanya batik. Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan.
1. Batik Motif Ceplok.

Jenis motif ceplok ini memiliki berbagai macam desain geometris. Biasanya motif ini didasarkan pada gambar mawar melingkar, bintang, atau bentuk kecil lainnya yang membentuk pola simetris keseluruhan pada kain.



2. Batik Motif Kawung.

Batik kawung dipercaya merupakan motif batik yang tertua. Batik kawung pada jaman dahulu khusus disediakan untuk keluarga kerajaan. Motif kawung ini merupakan penampang buah aren kelapa. Ada beberapa kalangan yang mengatakan salib di antara empat oval mengacu pada sumber energi universal.



3. Batik Motif Parang Rusak

Motif parang rusak memiliki arti pertarungan antara manusia yang melawan kejahatan dengan cara mengendalikan sifat-sifat dan keinginan mereka sehingga mereka menjadi mulia, bijaksana, dan akan menang dengan bisa mengendalikan diri dari segala hal yang buruk.



4. Batik Motif  Parang Barong

Batik motif parang barong ini pada jaman dahulu hanya dipakai oleh raja. Motif  parang barong dipercaya sebagai pola yang suci. Arti dari motif parang barong ini adalah supaya sang raja menjadi hati-hati didalam menjaga dirinya sendiri. Sehingga diharapkan sang raja akan menjadi seorang penguasa yang jujur, adil, serta bertanggung jawab terhadap rakyatnya.

5. Batik Moreng

Motif Moreng memiliki desain baris diagonal di antara motif parang. Batik motif ini banyak ditemukan garis polanya hanya deretan garis diagonal yang sempit penuh dengan pola kecil-kecil, tapi pada zaman modern seperti sekarang batik moreng banyak yang sudah dimodifikasi agar lebih cantik dan bagus tidak rumit lagi. Motif ini juga merupakan salah satu pola lama yang pada jaman dulu hanya disediakan untuk keluarga istana kerajaan saja.



6. Batik Motif Nitik

Motif nitik juga merupakan batik dengan motif tertua, karena batik ini dulu terinspirasi oleh kain tenun patola yang dibawa oleh para pedagang dari Gujarat India yang datang ke Indonesia. Batik ini bermotif kecil seperti bentuk titik, motif nitik ini dulu biasanya dikenakan oleh orang tua pada acara pernikahan.



7. Batik Motif Semen

Motif semen mempunyai arti sebagai tumbuhan, pola motif semen terinspirasi oleh keadaan alam dan lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan pola daun, gunung, dan juga hewan. Motif ini dulu sering digunakan untuk acara umum.




5 Macam Keris Sakti

      taukahKamu? senjata apa yang dipakai pada zaman kerajaan khususnya di pulau jawa? jawabanya adalah keris. Keris adalah senjata tikam golongan belati dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan bagian tengah, artikel kali ini membahas tentang keris yang konon sangat mempengaruhi indonesia pada zaman kerajaan. Langsung di simak saja artikelnya.


1. Keris Taming Sari

Taming Sari merupakan nama pemilik asal keris ini dia merupakan pendekar dari suatu kerjaan yaitu kerajaan majapahit. Bentuk sarung keris ini memiliki sudut yang tajam pada salah satu ujungnya dan memiliki pegangan keris dengan ukuran yang kuat dan kokoh. 
Pegangan keris ada yang berentuk lurus secara horizontal dan lurus vertikal. Pada zaman kerajaan dahulu, pemilik keris ini berpindah ke tangan Hang Tuah yang merupakan pangeran Malaka yang berhasil membunuh Taming Sari.
 Keris inilah yang menjadi saksi pertengkaran duel antara Taming Sari dan Hang Tuah dan Hang Tuah yang berhasil memenangkan duel tersebut.

2. Keris Condong Campur

Jenis keris condong campur ini merupakan jenis keris yang biasa digunakan sebagai pusaka milik kerajaan Majapahit. Keris ini unik karena memiliki bentuk berkelok-kelok seperti tubuh naga yang berlekuk-lekuk. Julukan nama keris ini dikenal dengan Keris Kyai Condong Campur. 
Keris ini melibatkan seratus orang Mpu dalam proses pembuatannya, bahkan bahan dari keris ini diambil dari berbagai tempat, mungkin karena itu keris ini dinamakan condong campur.
Selain itu, keris ini juga tidak sembarangan dalam mencucinya karena dibutuhkan air yang sudah dimantrai saat ritual dalam membersihkan keris Condong Campur, senjata ini dipercaya ampuh digunakan sebagai senjata pembunuh. Makanya, keris ini diyakini memiliki watak jahat.

3. Keris Pusaka Nagasasra beserta Sabuk Inten

Dua benda pusaka peninggalan Kerajaan majapahit satu-satunya ini bernama Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten. Keris ini juga berlekuk-lekuk dan bewarna perak yang memiliki garis-garis di tengah-tengah besinya.  Jumlah kelokan pada Keris Nagasasra bermacam-macam dan berdasarkan namanya. Ada kelokan yang berjumlah sembilan, sebelas dan tiga belas.
 Pada bagian gendik atau kepala keris diukir dalam bentuk kepala naga. Sedangkan pada bagian tengah pada luk keris diukir dengan sisik yang halus hingga pada ujung keris.
Pembuat keris ini ialah Empu Ki Enom yang merupakan salah satu pembuat keris di dapur Nagasasra terbaik.  Mpu Ki Enom merupakan empu terkenal pada akhir zaman di Kerjaan Majapahit hingga zaman pemerintahan Sri Sutan Agung Anyokrokusumo yang ada di Mataram. Sedangkan Dapur Sabuk Inten memilki kelokan sebanyak tiga belas lekukan dengan jenis-jenis bentuk yeng berbeda namanya. 
Seperti: kembang kacang, sogokan dan lambe gajah.

4. Keris Kyai Setan Kober


Arya Penangsang merupakan pemilik pertama dari keris jenis Keris Kyai Setan Kober ini. Keris ini dahulu dikenakan oleh Arya Penangsang saat berperang melawan Sutawijaya.
Pada saat itu ujung tombak Kyai Pleret milik Sutawijaya tanpa sengaja mengenai lambung Arya Panangsang hingga ususnya terburai. Secepat kilat, Arya Penangsang dengan sigapnya menyangkutkan ususnya yang terburai tersebut pada wrangka atau sarung keris. 
Arya Panangsang menyangkutkan ususnya pada keris yang terselip di pinggangnya dan ia terus berlanjut untuk bertempur kembali. 
Melihat hal itu, Sutawijaya sangat kagum terhadap kegagahan seorang Arya Penangsang dan ia ingin anaknya gagah seperti Arya Penangsang. Oleh karena itu, dalam tradisi pengantin jawa, mempelai pria biasanya menggunakan keris ini agar tampak lebih gagah. Untuk menggantikan usus yang terburai dari kisah Arya Panangsang itu, saat ini buraian pada keris pengantin digantikan dengan tali dan bunga melati yang dirangkai menjadi indah agar tidak terlihat menjijikkan. 

5. Keris Mpu Gandring

Keris Mpu Gandring merupakan satu-satunya senjata pusaka peninggalan Kerjaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur. Keris Mpu Gandring terkenal akan kutukan yang bisa memakan korban sampai keturunan Kerajaan Singosari termasuk pembuat dan pemakainya. 
Mpu Gandring yang merupakan pembuat asli keris ini merupakan seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti. 
Keris ini dibuat berdasarkan pesanan dari Ken Arok dan dipercaya memiliki kekuatan supernatural.  
Namun, Ken Arok mengujinya dengan langsung menghunusnya kepada Mpu Gandring dengan alasan Ken Arok tidak sabar karena kerisnya baru setengah jadi. 
Mpu Gandring mengutuk keris itu sebelum tewas. Dalam kutukannya, keris itu dapat membunuh Ken Arok sendiri sampai tujuh keturunanya kelak.

Rabu, 19 April 2017

MACAM MACAM KEBUDAYAAN JAWA

     taukahKamu? bahwa indonesia punya lebih dari 300 pulau dari sabang sampai meraoke? maka dari itu indonesia di juluki negri 1000 pulau. Salah satunya pulau jawa, pulau jawa adalah pulau terbesar nomor 5 di indonesia dan pulau jawa juga punya seni dan kebudayaan yang cukup banyak, berikut artikelnya.
MACAM MACAM KEBUDAYAAN JAWA

1. Wayang Kulit


 

      Wayang kulit adalah seni tradisional indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau tuhan Yang Maha Esa. Wayang kulit sendiri telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sudah lumayan lama. Wayang kulit yang ada pada saat ini adalah ciptaan dari Sunan Kalijaga (Raden Joko Said) , wayang kulit itu sendiri berasal dari jawa timur dan berkembang ke daerah jawa tengah yang diambil dari cerita tokoh hindu-budha.
Jika kamu pernah liat kesenian wayang kulit pasti pernah melihat juga kedua wayang bergerak bersamaan, pasti kalian juga bertanya-tanya, bagaimana kok bisa menggerakan 2 wayang sekaligus  secara bersamaan kalau dalangnya cuma satu? Jangan kaget itulah salah satu keahlian seorang dalang untuk memainkan wayang.
Jika diperhatikan, terlihat titik tumpu pada bahu dan sikut seolah-olah itu adalah bagian sendi bagi wayang yang membuat wayang tersebut bisa bergerak.
Yang menemani wayang tampil adalah sinden dan gamelan jawa.

2. Batik

 

      Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, mempunyai corak yang berbeda-beda salah satunya batik jawa.
Batik sudah ada sebelum masa penjajahan, tidak heran semua orang mengenal batik.
Di zaman sekarang, pakaian batik sudah dipasangkan oleh pakaian modern,
di beberapa perusahaan dan bahkan sekolah-sekolah, menerapkan budaya hari pakaian batik untuk digunakan di hari tertentu, lalu anak-anak akan menggunakan pakaian batik. Secara tidak langsung, hal-hal sederhana seperti itu memperkenalkan anak dengan batik.
Menurut warna dan corak ternyata memiliki lambang dan makna tersendiri. Corak bunga pengaruh dari penjajah Eropa dan kerap kali berwarna biru, Tionghoa mempopulerkan corak phoenix dan warna merah, umumnya batik tradisional masih mempertahankan coraknya dengan warna yang terbatas.  Batik pun terdiri dari 3 macam, yaitu:
       -Batik Tulis
       -Batik Cap
       -Batik Lukis
baca juga : jenis batik
Di zaman sekarang, batik memiliki berbagai warna dan corak tergantung daerahnya hal ini diperkirakan karena beberapa masyarakat yang berimigrasi dan membawa batik bersamanya.
UNESCO telah menetapkan batik menjadi salah satu budaya Indonesia sejak 2 Oktober 2009. Tanggal tersebut sekaligus menjadi hari batik nasional.

3. Gamelan

 

        Gamelan adalah salah satu alat musik tradisional dari indonesia khususnya jawa, nama gamelan itu sendiri berasal dari bahasa jawa yang artinya benda yang dipukul.
Gamelan biasanya dipakai saat penampilan seni wayang, alat musik ini cukup populer hingga sekarang, dan telah diakui oleh UNESCO sejak tahun 2014.
Gamelan terdiri dari Kendang, sharon, demung, peking, gong, bonang, slenthem, gender, gambang, rebab, siter, suling, kethuk dan kenong.
Musik gamelan juga biasanya dibuat mengiringi tarian tradisional khas bali.
baca juga : pengertian dam jenis gamelan

4. Sekaten 

 

         Sekaten berasal dari kata Syahadat, diadakan sebagai hari memperingati ulang tahun Nabi Muhammad SAW, acara sekaten hanya di rayakan di 2 kota di indonesia yaitu Solo dan Yogyakarta.
Sejarah singkatnya, dulu Sultan Hamengkubuwana I, mengadakan sekaten di keraton Yogyakarta untuk mengajak masyarakatnya memeluk agama Islam.
Hingga sekarang, bila ada seseorang yang ingin melihat gamelan Kyai Guntur Madu lewat gapura masuk, ia harus mengucapkan kalimat syahadat.
Sebulan sebelum hari H, biasanya tempat sudah dipenuhi oleh pasar malam dan para pedagang kaki lima, tradisi ini dipercaya sebagai pertunjukan seni dan dakwah agama Islam, karena akan ada pembacaan ayat Al-Qur’an ditengah acara, dan beberapa khotbah.
Untuk beberapa kepercayaan sana, orang-orang yang ingin awet muda harus mengunyah daun sirih di hari pertama dibuka acara Sekaten, maka dari itu tidak jarang semua orang khususnya wanita ditemukan sedang mengunyah daun sirih.
baca juga : sejarah sekaten

Rumah Adat Berdasarkan sejarah, perkembangan bentuk rumah tinggal orang jawa dapat dikategorikan menjadi 4 macam yaitu rumah tradisional: *bentuk Panggangpe *bentuk Kampung *bentuk Limasan *bentuk Joglo Dibanding bentuk lainnya, rumah bentuk joglo lebih dikenal masyarakat pada umumnya. Rumah Joglo kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. karena rumah joglo butuh bahan lebih banyak dan mahal ketimbang rumah bentuk lain. Masyarakat jawa dulu menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh sembarang orang, oleh orang kebanyakan, tapi hanya diperkenankan bagi kaum bangsawan, raja, dan pangeran, serta mereka yang terhormat dan terpandang. Namun dewasa ini rumah joglo digunakan pula oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan serta perkantoran. Pada dasarnya rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar, dengan empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari. Bentuk persegi empat ini dalam perkembangannya mengalami perubahan dengan adanya penambahan-penambahan ruang di sisi bangunannya namun tetap merupakan kesatuan bentuk dari denah persegi empat. Padepokan Jawa Tengah merupakan sebuah bangunan induk istana Mangkunegaran di Surakarta. Rumah penduduk dan keraton di Jawa Tengah umumnya terdiri atas 3 ruangan. Pendopo. Pringgitan, dan Dalem.

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

5. Rumah Adat 

 


         Rumah adat berdasarkan sejarah, perkembangan bentuk rumah tinggal orang jawa dapat dikategorikan menjadi 4 macam yaitu rumah tradisional: 
      *bentuk Panggangpe 
      *bentuk Kampung 
      *bentuk Limasan 
      *bentuk Joglo 

Dibanding bentuk lainnya, rumah bentuk joglo lebih dikenal masyarakat pada umumnya. Rumah Joglo kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. karena rumah joglo butuh bahan lebih banyak dan mahal ketimbang rumah bentuk lain. Masyarakat jawa dulu menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh sembarang orang, oleh orang kebanyakan, tapi hanya diperkenankan bagi kaum bangsawan, raja, dan pangeran, serta mereka yang terhormat dan terpandang.
 Namun dewasa ini rumah joglo digunakan pula oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan serta perkantoran. Pada dasarnya rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar, dengan empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari.
 Bentuk persegi empat ini dalam perkembangannya mengalami perubahan dengan adanya penambahan-penambahan ruang di sisi bangunannya namun tetap merupakan kesatuan bentuk dari denah persegi empat. Padepokan Jawa Tengah merupakan sebuah bangunan induk istana Mangkunegaran di Surakarta. Rumah penduduk dan keraton di Jawa Tengah umumnya terdiri atas 3 ruangan. Pendopo, Pringgitan, dan Dalem.
baca juga : rumah adat jawa tengah
 

6. Keris

 

        Keris adalah salah satu senjata tradisional budaya Indonesia, tentunya setelah nenek moyang kita mengenal besi. 
Berbagai bangunan candi batu yang dibangun pada zaman sebelum abad ke-10 membuktikan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itu telah mengenal peralatan besi yang cukup bagus, sehingga mereka dapat menciptakan karya seni pahat yang bernilai tinggi. Namun apakah ketika itu bangsa Indonesia mengenal budaya keris sebagaimana yang kita kenal sekarang.
Gambar relief kuno yang memperlihatkan peralatan besi terdapat pada prasasti batu yang ditemukan di Desa Dakuwu, di daerah Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Melihat bentuk tulisannya, diperkirakan prasasti tersebut dibuat pada sekitar tahun 500 Masehi. Huruf yang digunakan adalah huruf Pallawa, bahasa yang dipakai adalah bahasa Sanskerta. 
Prasasti itu menyebutkan tentang adanya sebuah mata air yang bersih dan jernih, dalam filosofi Jawa Kuno adalah lambang ilmu pengetahuan, kalasangka melambangkan keabadian, sedangkan bunga teratai lambang harmoni dengan alam.
baca juga : macam keris yang mempengaruhi indonesia


Rumah Adat Berdasarkan sejarah, perkembangan bentuk rumah tinggal orang jawa dapat dikategorikan menjadi 4 macam yaitu rumah tradisional: *bentuk Panggangpe *bentuk Kampung *bentuk Limasan *bentuk Joglo Dibanding bentuk lainnya, rumah bentuk joglo lebih dikenal masyarakat pada umumnya. Rumah Joglo kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. karena rumah joglo butuh bahan lebih banyak dan mahal ketimbang rumah bentuk lain. Masyarakat jawa dulu menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh sembarang orang, oleh orang kebanyakan, tapi hanya diperkenankan bagi kaum bangsawan, raja, dan pangeran, serta mereka yang terhormat dan terpandang. Namun dewasa ini rumah joglo digunakan pula oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan serta perkantoran. Pada dasarnya rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar, dengan empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari. Bentuk persegi empat ini dalam perkembangannya mengalami perubahan dengan adanya penambahan-penambahan ruang di sisi bangunannya namun tetap merupakan kesatuan bentuk dari denah persegi empat. Padepokan Jawa Tengah merupakan sebuah bangunan induk istana Mangkunegaran di Surakarta. Rumah penduduk dan keraton di Jawa Tengah umumnya terdiri atas 3 ruangan. Pendopo. Pringgitan, dan Dalem.

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Rumah Adat Berdasarkan sejarah, perkembangan bentuk rumah tinggal orang jawa dapat dikategorikan menjadi 4 macam yaitu rumah tradisional: *bentuk Panggangpe *bentuk Kampung *bentuk Limasan *bentuk Joglo Dibanding bentuk lainnya, rumah bentuk joglo lebih dikenal masyarakat pada umumnya. Rumah Joglo kebanyakan hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. karena rumah joglo butuh bahan lebih banyak dan mahal ketimbang rumah bentuk lain. Masyarakat jawa dulu menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh sembarang orang, oleh orang kebanyakan, tapi hanya diperkenankan bagi kaum bangsawan, raja, dan pangeran, serta mereka yang terhormat dan terpandang. Namun dewasa ini rumah joglo digunakan pula oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan serta perkantoran. Pada dasarnya rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar, dengan empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari. Bentuk persegi empat ini dalam perkembangannya mengalami perubahan dengan adanya penambahan-penambahan ruang di sisi bangunannya namun tetap merupakan kesatuan bentuk dari denah persegi empat. Padepokan Jawa Tengah merupakan sebuah bangunan induk istana Mangkunegaran di Surakarta. Rumah penduduk dan keraton di Jawa Tengah umumnya terdiri atas 3 ruangan. Pendopo. Pringgitan, dan Dalem.

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap